Melalui Kuliah Sosiologi Agama, Mahasiswa Sosiologi UBB Dampingi Warga Mapor Lakukan Transformasi Agama Adat

JURNALMERDEKA.id — BANGKA, BELINYU. Mengangkat tema “Identitas Penghayat Kepercayaan: Transformasi Agama Adat Orang Mapur di Era Society 5.0” mahasiswa Program studi Sosiologi Universitas Bangka Belitung (UBB) mengikuti kuliah lapangan Sosiologi Agama di Dusun Air Abik, Desa Gunung Muda, Belinyu, pada1-2 November lalu.

Kuliah lapangan tersebut merupakan bagian dari pembelajaran berbasis proyek dan melibatkan masyarakat penghayat kepercayaan sebagai mitra utama. Dalam kegiatan tersebut, salah satu fokus yang dilakukan mahasiswa ialah dengan mendampingi warga Mapor baik dari Dusun Air Abik dan Dusun Pejem untuk transformasi kolom agama di kartu identitas menjadi penghayat kepercayaan setelah keluarnya putusan makamah konstitusi NOMOR 97/PUU-XIV/2016.

Sebagai salah satu dosen pengampu mata kuliah, Dr. Iskandar Zulkarnain menyatakan bahwa kegiatan ini dirancang untuk memberikan pemahaman langsung kepada mahasiswa agar mereka bisa melihat keberagaman keagamaan di tingkat komunitas dan masyarakat yang tentunya memilki berbagai keberagaman.

“Mahasiswa perlu melihat bagaimana agama hidup dalam praktik harian masyarakat. Dalam masyarakat adat ini memiliki berbagai macam kondisi yang menarik dan bisa menjadi bahan pembelajaran bagi mahasiswa,” ujarnya.

Iskandar menambahkan bahwa interaksi langsung di lapangan membantu mahasiswa mengembangkan kepekaan sosial. “Mahasiswa dapat belajar melihat masyarakat sebagai sumber pengetahuan, khususnya pada masyarakat adat ini,” katanya.

Dosen lainnya, Irwan, M.Sos, menilai komunitas Mapor menghadapi perubahan sosial yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

“Modernisasi dan teknologi mulai memengaruhi pola hidup mereka. Namun masyarakat Mapur tetap mempertahankan nilai spiritual dan tradisi leluhur,” ucap Irwan.

Menurut Irwan, pemahaman komunitas adat bagi mahasiswa menjadi penting dalam kajian Sosiologi Agama untuk melihat kearifan lokal. Selain itu, ia menegaskan bahwa kuliah lapangan semacam ini harus terus diperkuat dan menjadi bagian nyata pembelajaran, terkhususnya bagi mahasiswa sosiologi yang menjadikan masyarakat sebagai laboratoriumnya.

Kegiatan tersebut juga melibatkan dialog bersama tokoh adat setempat. Asih Harmoko selaku Ketua Lembaga Adat Mapor, menyambut baik kehadiran mahasiswa.

“Kami terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar dan mengetahui kearifan. Penting bagi kami bahwa identitas Mapor dipahami secara benar,” ujar beliau.

Asih berharap kegiatan seperti ini dapat membantu memperluas pengetahuan publik mengenai keberadaan masyarakat penghayat kepercayaan. Ia menegaskan bahwa komunitas Mapor terus berupaya menjaga keseimbangan antara tradisi dan perkembangan zaman.

Salah seorang mahasiswa menyampaikan bahwa kegiatan ini memberikan pengalaman belajar yang berbeda dari perkuliahan di kelas.

“Kami melihat langsung bagaimana nilai adat dan keyakinan dijalankan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Mahasiswa juga melakukan pengamatan lapangan mengenai pola kehiudpan masyarakat adat dan membantu memberikan pendampingan kepada para masyarakat yang ingin merubah identitasnya.